Senin, 25 Juni 2012

Arsip Kategori: Return Of Iljimae

The Return Of Iljimae – Episode 23

Iljimae begitu gugup menantikan pertemuan dengan ibunya. Iljimae memasuki rumah Baek-mae dan menemukannya sedang tertidur, sambil memeluk bunga plum emas. Iljimae berlutut dihadapan Baek-mae dan memanggilnya dengan lembut dan syukurlah, Baek-mae membuka matanya.

Bingung, Baek-mae bertanya kenapa Iljimae ada disini. Iljimae lalu mengeluarkan puisi yang Baek-mae tulis untuknya ketika dia masih bayi dan membacakan puisi itu untuknya. Mendengar kata2 yang tidak asing itu, Baek-mae menengadah dan sebuah kesadaran menamparnya… Baek-mae meminta bantuan untuk duduk ketika Iljimae berkata, “Ibu, aku Iljimae.” Baek-mae berkata kalau dia mendengar Iljimae telah ditangkap dan mati. Iljimae menjelaskan kalau Gu Ja-myung telah menyelamatkannya dan menyuruhnya kesini: “Aku benar2 putramu, Ibu.” Baek-mae akhirnya memercayainya dan mereka pun berpelukan.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Episode 22

Wol-hee dan Iljimae dipojokkan dalam usaha mereka untuk melarikan diri. Tapi ninja dengan kostum hitam2, datang menyelamatkan Wol-hee – dan bayangan Iljimae yang siap2 melempar shuriken membuat para pria berpedang itu lari tunggang langgang. Hanya saja, orang itu adalah Cha-doljimae!

Sedangkan, Iljimae yang asli berhadapan dengan Park Bi-su. Park dikeliling oleh anak buah Kim Ja-jeom tapi Park menyatakan kalau pertempuran itu adalah pertempuran satu lawan satu. Park Bi-su menghunus pedangnya, melemparnya ke dinding, dan membuat kedua orang itu, Park dan Iljimae, melakukan perang tanpa senjata. Mereka saling serang, tapi kemudian saling meraih pedang masing2 untuk bertempur lagi.
Pertarungan ini seimbang sebab kedua saling serang dengan seimbang. Mereka saling serang dengan pedang tapi ada saat dimana mereka berhenti untuk memastikan siapakah yang terluka. Lalu sesuatu terjatuh dari bagian perut Iljimae – benda itu adalah sebuah figura yang dulu diberikan oleh Miyamoto yang dimaksudkan untuk memberikan Iljimae perlindungan.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Episode 21

Sung-kae menarik Iljimae dan berhenti untuk memasak makanan. Iljimae bangun dan berusaha mengingat bagaimana dia sampai disana, ingat kalau dia dibius. Dia bangkit dari kelumpuhan temporernya, berjalan pelan ke tempat Sung-kae, yang dia pandang dengan curiga. Iljimae bertanya pada Sung-kae apa maksud pria itu sebenarnya. Iljimae masih lemah, tapi Sung-kae takut pada kemarahannya dan mengatakan kalau Iljimae salah sangka. Dengan panik, Sung-kae megeluarkan senjatanya, yang Iljimae tangkis dengan mudah. Sung-kae kehilangan keseimbangan dan malah terjatuh. Sung-kae mendarat di atas senjatanya sendiri dan berteriak kalau Iljimae salah sangka, dan Sung-kae mati akibat tusukan senjatanya sendiri (ironis banget!).

Iljimae meneruskan perjalanan, tapi dia begitu lemah hingga tidak sanggup lagi meneruskan perjalanan. Dia pingsan di hutan, kelelahan. Ketika dia terbangun, dia berada dalam perawatan Baek-mae, yang menemukan Iljimae di lading ginseng dan membawanya pulang. Saat Baek-mae mengoleskan obat ke wajah Iljimae, Baek-mae bertanya bagaimana Iljimae mendapatkan luka2nya itu. Karena Baek-mae mengenal Iljimae sebagai pria cabul di penginapan beberapa waktu sebelumnya itu, Iljimae mengatakan padanya kalau dia mendapatkan masalah karena mengejar wanita.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Episode 20

Sesuai dengan rencana Iljimae, anak buahnya menuju ke gunung yang tersembunyi, bersama dengan pekerja yang disediakan oleh bangsawan Tuan Choi Myung-gil. Tuan Choi juga memperkenalkan pada mereka seorang pria Belanda yang akan mengajari mereka rahasia dari senjata itu: ledakan.

Selama beberapa hari, tim itu belajar bagaimana mengembangkan dan menggunakan berbagai senjata menggunakan bubuk mesiu. Akan tetapi, Iljimae harus tetap berhati-hati dan bersembunyi, yang menjadi sumber kemarahan Wol-hee. Dia merasa tidak berguna dan terganggu sebab Iljimae begitu baik bersembunyi dan membebani dirinya dengan pekerjaan seperti memasak dan mencuci.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Episode 19

Setelah Kim Ja-jeom berkonsultasi dengan peramal, dia merasa tenang pada jaminan kalau Iljimae tidak akan menyerang selama sepuluh hari. Memanfaatkan kesempatan ini untuk bersantai, Kim Ja-jeom mengadakan serangkaian pesta. Selagi rumah Kim mengendorkan penjagaannya, Iljimae mampir berpakaian seperti bangsawan untuk berbincang dengan Park Su-dong, pemimpin kelompok pemburu yang disewa untuk menangkap Iljimae.

Park Su-dong merasa tidak nyaman dengan pesta Kim Ja-jeom dan merasa harus pergi jalan2 keluar, dimana Iljimae berbicara padanya tentang perumpaan membingungkan tentang kesetiaan anjing kepada pemiliknya, yang tidak peduli pada kebajikan tuannya. Sepanjang waktu, Iljimae merencanakan serangannya bersama tim yang dia buat sebab operasi ini memerlukan bantuan semua orang.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Daftar Episode

The Return Of Iljimae - Sinopsis Drama Kerajan [Saeguk] Korea - http://sinopsisdramakorea.wordpress.com
  • Judul : The Return of Iljimae
  • Judul Lain :  Iljimae Returns / Moon River
  • Jumlah Episode: 24
  • Wiki D- Addicts: http://wiki.d-addicts.com/The_Return_of_Iljimae
  • Ringkasan:
Cerita ini mengenai seseorang yang berjuang untuk melawan pemerintahan yang penuh korupsi dan mementingkan kepentingan diri sendiri. Iljimae dibuang oleh ayah kandungnya dan diangkat sebagai anak oleh sepasang orang China. Dia kembali ke Korea untuk mencari keluarga kandungnya dan menyadari betapa tidak adilnya dunia ini. Ia menyaksikan cinta pertamanya, Dal Yi, dihukum mati secara tidak adil. Iljimae kemudian bersumpah untuk membantu rakyat jelata dari cengkeraman para pejabat pemerintahan yang korup.
Lanjut membaca

The Return Of Iljimae – Episode 18

Setelah ditembak, Iljimae pingsan di tengah hutan dimana beberapa anak2 menemukannya. Mereka membalut luka di tangan Iljimae dan sangat mengkhawatirkan kondisinya yang parah. Namun sayang mereka tidak dapat melakukan apa2 dan pergi meninggalkan Iljimae terbaring disana. Antara sadar dan tidak sadar, Iljimae menyeret dirinya ke kuil dimana pada akhirnya dia ditemukan oleh Yeol-gong.

Wol-hee dibiarkan sendiri menunggu Keol-chi dan dia tetap berada dikotahingga malam hari, dimana Wol-hee sangat khawatir kenapa Keol-chi belum datang juga. Seorang pria tua yang baik bertanya apa yang Wol-hee lakukan dan menawarkan bantuan. Jika Wol-hee tidak keberatan berbagi kamar dengan putrinya maka pria itu bisa membiarkan Wol-hee menginap di rumahnya.
Wol-hee tidak punya tempat tujuan malam itu, jadi dia mengikuti pria itu ke rumahnya. Ketika berada di rumah pria itu, Wol-hee mulai merasa tidak nyaman sebab ada yang aneh dengan pria itu – dia begitu bersemangat menawarkan Wol-hee sebuah kamar. Pria itu mendekat dan membuat pernyataan yang tidak pantas, membuat Wol-hee ngeri dan melakukan protes. Pria itu mengatakan kalau dia kesepian – istri dan anaknya pergi sudah selama berbulan2 – lalu dia menarik Wol-hee. Wol-hee melawan dan terbanting ke pintu dan membuat pintu terbuka. Disanalah seorang biksu menunggu dengan murka.

Lucu juga bagaimana Yeol-gong membuat pria itu menjadi malu dan meminta maaf hanya dengan beberapa kalimat saja. Pria itu meminta ampunan waktu biksu Yeol-gong mengancam akan melaporkan pria itu kepada istrinya. Akhirnya Yeol-gong mendapatkan janji pria hidung belang itu untuk tidak macam2 malam ini. Apalagi, Yeol-gong menginap di rumahnya.
Malam itu, Wol-hee mencoba tidur dan menggenggam lengan baju biksu itu seolah-olah sebagai jaminan keamanannya. Pada pagi harinya, Yeol-gong menuntun Wol-hee kembali ke kuil, mengatakan kalau dia tahu dimana pria yang Wol-hee cari berada. Ketika biksu itu kelihatannya tahu siapa dia dan Keol-chi sebenarnya, Wol-hee menyadarai kalau biksu ini pasti Yeol-gong, yang sudah pernah dibicarakan Iljimae beberapa kali. Wol-hee menduga kalau pria yang Yeol-gong maksud adalah Keol-chi, yang dia khawatirkan sudah ditangkap oleh polisi.
Tapi tidak. Yang Yeol-gong maksud disini adalah Iljimae – dan mendengar itu membuat Wol-hee menghentikan langkahnya. Wol-hee memutuskan kalau dia tidak mau pergi, masih merasa sakit atas penolakan Iljimae. Yeol-gong tidak mencoba memaksa Wol-hee, tapi dia malah mengatakan hal yang berbeda, dengan mengatakan kalau dia harus kembali membawa bungkusan obat2annya. Mendengar ini, Wol-hee kaget – apa Iljimae sakit? Biksu itu mengatakan pada Wol-hee tentang tembakan senapan itu dan menggambarkan kondisi Iljimae sangat parah.

Cara ini berhasil sebab Wol-hee buru2 mengikuti Yeol-gong menuju kuil. Dia melihat Iljimae terbaring tidak sadarkan diri, dan dia pun menyibukkan dirinya dengan merawat Iljimae. Wol-hee merebus obat untuk Iljimae dan berada di sisinya selama beberapa hari. Sang narrator drama ini mengatakan kalau racun dalam tembakan senapan itu bisa saja membunuh orang yang lebih lemah dari Iljimae: “Dan perawatan Wol-hee sedikit lebih kuat dari racun itu.”
Saat tidur, Iljimae menyebut-nyebut nama Wol-hee dan berkata, “Wol-hee, jangan pergi. Kau tidak boleh pergi.” Jika Wol-hee merasa tersentuh, ini membuktikan kalau dia sangat berarti bagi Iljimae dan mendengar ini merupakan sebuah ketenangan besar bagi Wol-hee dan tentu saja ini juga membuatnya nyaman.
Berikutnya dia menggumamkan, “Ibu, dimana kau?” yang ini tidak mendapatkan banyak perhatian Wol-hee. Tapi kemudian Iljimae berkata, “Dal…” yang ini membuat Wol-hee mulai marah tapi setelah Iljimae berkata, “Wol-hee,” emosi Wol-hee menurun lagi. Tapi saat Iljimae yang tidak sadarkan diri kembali menyebut nama Dal-yi, kali ini Wol-hee mengakali dengan mengambil sebuah kertas tas dan membuat perbandingan berapa banyak Iljimae menyebut nama dirinya dan Dal-yi.

Kim Ja-jeom memanggil dukun wanitanya untuk mendapatkan informasi keberadaan Iljimae, meski begitu ucapan wanita itu malah membuatnya frustasi sebab kata2nya begitu ambigu dan sulit ditebak. Wanita itu menyebut tentang pilar berwarna merah dengan berbagai aksesorisnya. Wanita itu sedikit tergganggu sebab Kim Ja-jeom ingin semuanya dijelaskan dengan detail. Kemudian dukun wanita itu mengatakan kalau pilar merah bisa menandakan istana atau kuil Budha. Lebih jauh, orang yang sedang dibicarakan sedang terluka, berdarah, dan di sebuah bangunan batu di daerah pegunungan. Akan tetapi, sesuatu menghalangi pandangan dukun itu dan dia tidak bisa mendapatkan bayangan yang jelas.
Iljimae semakin membaik, meski dia belum bangun juga. Ketika Wol-hee memandangi Iljimae, Wol-hee mencuri ciumnya, yang dilihat oleh Dok-bo, seorang biksu baru. Dia tidak senang dan memarahi Wol-hee, yang memberikan sedikit gambaran kalau Dok-bo itu jahat. Wol-hee membaringkan kepalanya di samping Iljimae dan beberapa saat kemudian, Iljimae membuka matanya.
Adegan ini benar2 indah dengan akting kedua artis ini yang bagitu bagus, ketika Iljimae berbalik untuk melihat Wol-hee berbaring di sampingnya. Mata Wol-hee membuka perlahan dan keduanya sadar apa yang mereka lihat. Mengabaikan rasa sakitnya, Iljimae bangun, memandangi Wol-hee dengan tatapan tidak percaya; Iljimae masih percaya kalau Wol-hee sudah meninggal. Wol-hee mengatakan dengan yakin, “Ini aku, Wol-hee.” Dengan nada suara sedih, Iljimae berkata, “Wol-hee sudah meninggal.”
Wol-hee: Aku tidak mati. Aku hidup.
Iljimae: Kau hidup?
Wol-hee: Ya. Aku hidup.
Iljimae: aku berbuat salah. Aku tidak akan mau kehilangan kau lagi.
Bertahan dari luka tembakan senapan tidak membuat Iljimae lolos dari hukuman Yeol-gong, yang memukul Iljimae dengan kayu untuk membunuh manusia. Wol-hee menyaksikan dengan khawatir sementara Iljimae menerima hukumannya dengan tabah. Iljimae mengatakan tujuannya, sebab Tuan Kwon akan menjual negeri ini pada Cina. Tapi Yeol-gong mengatakan kalau bukan hak Iljimae untuk memberikan hukuman seperti itu – Iljimae tidak berhak membunuh.

Iljimae berkata, “Aku sudah gila. Aku pikir Wol-hee sudah meninggal.” Itu membuat Wol-hee memandangi Iljimae penuh tanda Tanya selagi Iljimae melanjutkan, “Tapi sekarang, aku tidak akan membunuh lagi. Aku akan mengikuti ajaran Buddha yang membuat Wol-hee hidup.” Yeol-gong bertanya apakah Iljimae mau bersumpah untuk hal itu dan Iljimae mengiyakan. Biksu itu mulai mengulangi pukulannya tapi sekarang Wol-hee memohon pada Yeol-gong untuk berhenti dan melangkah untuk melindungi Iljimae agar tidak dipukul. Wol-hee mengatakan kalau Biksu Yeol-gong ingin memukul seseorang, dia sebaiknya memukulnya dulu. Yeol-gong berhenti lalu mengatakan pada Iljimae kalau disini bukan wilayahnya untuk memilih orang mana yang harus dihukum – tak seorang pun menyuruhnya melakukan itu. Yeol-gong bersikap seperti sebelumnya menyelamatkan Iljimae.
Sementara itu, sekali lagi Wang Hweng-bo bosan dan memerlukan lebih banyak tindak penipuan untuk memuaskan dirinya. Kali ini dia mengusulkan pada Sung-kae kalau mereka akan menjual obat dan mendapatkan uang. Tidak peduli mereka punya obat atau tidak atau uang untuk membeli obatnya – sebab mereka bisa menggunakan kotoran. Keduanya segera bekerja keras untuk mengubah kotoran menjadi pil dimana Wang Hweng-bo dengan senang hati menambahkan ludah dan kotoran telinganya.

Kemudian, dia menarik perhatian masyarakat di pasar dengan menunjukkan kekuatannya yang menakjubkan dan kemampuan bertarungnya yang hebat, yang tentu saja merupakan latihan keras yang dia lakukan tapi dia mengatakan pada orang2 kalau kemampuan itu dia dapat dari obat baru yang dia buat. Pil itu sangat berkhasiat dan membuat yang meminumnya menjadi kuat, tapi obat itu hanya dijual satu hari saja, sebab dia akan segara pergi. Hweng-bo mendapatkan respon yang bagus dan orang2 yang lewat berpikir kalau mereka harus memanfaatkan kesempatan ini dan membeli obat ajaib itu. Sebuah suara terdengar dan mengatakan kalau obat itu palsu. Orang itu Yang-po dan dia menantang Wang Hweng-bo untuk meminum obat itu dulu untuk membuktikan keampuhannya.

Wang Hweng-bo mencoba memikirkan alas an untuk menghindari hal ini – tahu apa yang dicampur ke dalam obat itu – lalu dia berbohong kalau dia sudah banyak meminum obat ini dan tidak baik bila meminumnya dalam dosis banyak. Akhirnya dia menyerah dan setuju untuk mengunyah satu pil itu-huek! Tapi dia tidak dapat menelannya dan muntah. Sementara itu, Keol-chi yang ditangkap oleh polisi dan diminta untuk membersihkan jamban, mencoba melarikan diri. Karena dia melakukan ini tanpa perencanaan, maka dia dibawa kehadapan Gu Ja-myung.

Petugas Gu menginginkan informasi tentang Iljimae, tapi Keol-chi bersikeras kalau dia belum mendengar apa2 mengenai Iljimae dan sudah lama kehilangan kontak. Karena sangat inginnya menekankan kalau dia tidak tahu apapun, Keol-chi keceplosan mengatakan tentang pondok tempat tinggal mereka di gunung, fakta yang sempat didengar Gu. Gu memerintahkan anak buahnya untuk bersiap-siap dengan tim pemanah dan berangkat menuju tempat sasaran. Mendengar kalau Keol-chi ditahan oleh polisi, Iljimae keluar untuk menyelamatkannya, dan mendapati kalau Wol-hee enggan membiarkannya pergi. Iljimae menebak, “Kau takut aku akan pergi lagi?”

Perkataan itu benar2 mengena, sebab Wol-hee masih merasa gugup kalau Iljimae mungkin menghilang seperti sebelumnya. Dengan penuh keyakinan, Iljimae memberikan ucapan terima kasih yang tulus pada Wol-hee karena sudah mampu bertahan dan berkata, “Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi!” Sedangkan Kim Ja-jeom menerima tamu yang misterius lagi, kali ini biksu Dok-bo, yang motifnya masih belum jelas. Biksu ini mengatakan kalau dia punya hadiah untuk Tuan Kim Ja-jeom!

Biksu Dok-bo tentu punya koempetitor sebab polisi juga memburu Iljimae. Gu Ja-myung memimpin anak buahnya ke pondok di gunung yang Keol-chi sebutkan secara tidak sengaja, dan mereka mendekati rumah itu dengan anak panah yang siap melesat kapan saja. Iljimae kebetulan berada di dalam rumah itu ketika dia merasakan ada bahaya mendekat, dan mendapatkan cukup waktu untuk bersembunyi sebelum para polisi itu masuk ke dalam. Iljimae merangkak di atap rumah itu, dan tetap diam selagi para petugas itu mencari keberadaannya dan mendapatkan kalau rumah itu koosng.

Gu menebak kalau Iljimae pasti akan mencari Keol-chi, dan memberikan perintah pada dua orang petugas untuk tetap berjaga. Sisanya pergi dan menuju ke markas. Untuk itulah, kuil menjadi kosong ketika para pemburu dengan senapan itu muncul dengan sasaran baru. Dengan perginya Iljimae, mereka memburu kekasihnya, dan sesuai dengan perintah Kim Ja-jeom agar membawanya hidup2. Mereka tahu hubungan Iljimae dengan Wol-hee dan berniat menggunakan Wol-hee sebagai umpan guna memancing Iljimae keluar

Parapemburu, dipimpin oleh Park Su-dong, menarik Wol-hee dan berniat untuk menyeretnya, tapi dengan cepatnya Yeol-gong tiba yang menghentikan tindakan itu. Mereka semua tenang dan membungkuk dihadapan biksu itu – mereka mungkin saja membunuh dan menculik tapi mereka kelihatannya juga tahu rasa hormat pada pemimpin agama. Tapi sayang, rasa hormat pada Yeol-gong tidak menghentikan niat mereka pada rencana semula. Malah, itu membuat mereka semakin ingin melanjutkan aksinya. Gu Ja-myung melepaskan Keol-chi dari penjara. Iljimae, yang siap membebaskan keol-chi dari penjara, mendekati pria tua itu di pasar.

Setelah bersatu lagi, mereka beranjak pergi, namun berhenti sejenak ketika Keol-chi berpapasan dengan Baek-mae, yang baru saja tiba di Hanyang. Sesuatu tentang penampilan wanita itu menjentik ingatannya Keol-chi, dan dia berhenti untuk mengenang wajah yang familier itu. Ketika Keol-chi ingat bagaimana dia mengenal wanita itu, Keol-chi mengatakan pada Iljimae kalau wanita itu – kemungkinan – adalah ibunya. Iljimae tidak yakin, tapi wanita itu sangat mirip dengannya. Iljimae mulai menyusul Baek-mae, tapi dia sudah berbelok ke jalan lain dan mereka kehilangan jejak Baek-mae.

Baek-mae menjelaskan tujuannya kembali ke Hanyang pada Soo-ryun, yang melihatnya di depan kantor polisi. Baek-mae merasakan hal yang tidak nyaman dan mengalami mimpi buruk sehingga dia khawatir pada keselamatan Gu Ja-myung. Soo-ryun bertanya-tanya apakah mimpi Baek-mae ada hubungannya dengan masalah yang menimpa Iljimae belakangan ini, dan dengan enggan membicarakan hal tersebut. Soo-ryun mengatakan kalau Iljimae telah melakukan pembunuhan dan polisi sedang mencari tahu kasus ini guna menemukan latar belakangnya.

Setelah melewati shocknya, Baek-mae mencerna apa akibat dari kejahatan Iljimae, dimana dia sadar kalau itu artinya polisi harus menangkap Iljimae sekarang. Baek-mae meratap kalau seharusnya dia tinggal di rumah dan menunggu berita selanjutnya dengan keyakinan, sebab perjalannya ke Hanyang mengatakan bahwa, “Aku berkata aku percaya padanya, tapi dalam kebenaran aku sama sekali tidak memiliki apapun.”

Baek-mae meminta Soo-ryun untuk tidak mengatakan pada Gu kalau dia sempat kesini dan berkata, “Aku lebih takut sekarang ketimbang sebelumnya, hingga aku mungkin kehilangan salah satu dari mereka.” Iljimae dan Keol-chi kembali ke kuil, hanya untuk mendapati kalau Wol-hee sudah ditangkap oleh para pemburu. Iljimae kesal sebab Yeol-gong membiarkan hal tersebut terjadi, tapi Yeol-gong mengatakan kalau dia hanya seorang biksu – apa Iljimae mengharapkannya bertarung? Dan juga kelompok pemburu itu membawa senapan.

Mereka juga meninggalkan pesan untuk Iljimae, yang mengatakan kalau Iljimae harus membawa apa yang sudah dia curi dari Tuan Kwon dan mengantarkannya ke Kim Ja-jeom. Ini membuktikan kalau Kim Ja-jeom terlibat dalam konspirasi menjual Negara itu dan lebih jauh, dia pastilan orang dibalik aksi Tuan Kwon. Hal ini membawa mereka ke rumah Bae Sun-dal dan Cha-dol, yang senang melihat Iljimae di tengah2 mereka. Mereka seperti penggemar berat Iljimae, dimana keduanya menggenggam tangan Iljimae dengan kagum. Iljimae menarik tangannya dari Cha-dol, sebab dia merasa tidak nyaman pada perhatian seperti itu.

Alasan kunjungan ini adalah karena rumah Cha-dol dan Bae Sun-dal kebetulan berdekatan dengan Kim Ja-jeom. Iljimae menanyakan pada mereka informasi tentang penghuni rumah itu serta denah rumah Kim Ja-jeom, mencoba mendapatkan beberapa detail untuk menyelamatkan Wol-hee.

Pada saat itu, Wol-hee disekap di ruang penyimpanan besar di rumah itu, meski begitu dia tidak takut kali ini. Sebaliknya, dia menantikan Iljimae akan datang menyelamatkannya. Reaksi Wol-hee berubah menjadi jijik ketika Kim Ja-jeom memeriksa keadaannya, dia senang karena sudah menangkap umpan yang sangat sempurna. Dengan Wol-hee aman disekap di gudang, tim pemburu Park Su-dong menyebar dan bersembunyi di tempat2 tertentu dan mempersiapkan diri mereka untuk kedatangan Iljimae.

Akan tetapi, ramalan sang dukun wanita sedikit berbeda, sebab dia mengatakan pada Kim Ja-jeom kalau dia tidak bisa merasakan apapun saat ini dan bahwa Iljimae tidak akan beraksi setidaknya hingga sepuluh hari lagi. Itu membuat Kim tenang dan meminta para pemburu untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Tidak ada gunanya bersiaga seperti itu ketika tidak akan ada hal yang terjadi. Lebih jauh, Kim Ja-jeom merasa senang sebab ada satu tim pemburu yang akan melawan Iljimae.

Untuk itulah, dia memanggil para gisaeng untuk berpesta malam ini. Park Su-dong tidak begitu tenang dan tetap berjaga, tidak ikut menikmati kemewahan itu. Dia melangkah keluar, menjauh dari pesta itu, dimana dia bertemu dengan bangsawan yang sangat tampan…
sumber: meylaniaryanti.wordpress.com

The Return Of Iljimae – Episode 17

Iljimae menyelinap ke pekarangan bangsawan yang korup, Tuan Kwon, dan sengaja menguping rencana yang dibuat bangsawan itu. Kwon bertanggung jawab atas pemenggalan kepala seorang pria yang ditemukan oleh polisi, dan bukti berada dalam kotak yang tidak sengaja dilihat oleh putra Kwon, Jang-ho. Jang-ho memang sering mengganggu, namun Kwon khawatir kalau Jang-ho mungkin menjadi masalah, dan memutuskan bahwa anaknya itu harus dikirim ke tempat yang jauh.

Jang-ho mabuk dan melihat seorang wanita muda tiba di rumah. Jang-ho langsung terpikat oleh kecantikannya, dan menginginkan wanita itu. Dia meminta gadis itu, dan berhamburan melewati gerbang, dengan kasarnya mendorong orang2 disana dalam usahanya mendapatkan gadis itu. Meskipun ia akhirnya berhenti, hal ini menyebabkan masalah bagi Tuan Kwon, karena wanita itu yang bernama Sook-young, juga seorang bangsawan.

Jang-ho tidak bisa mengendalikan kekuatannya sendiri dan melakukan segalanya lebih dari yang diinginkan – lebih jahat dan egois. Jang-ho mengatakan kalau dia ingin menikahi Sook-young, tapi sayangnya hal ini tidak dapat segera terwujud sebab Sook-young sudah bertunangan. Tuan Kwon tahu tidak akan mudah menangkan anaknya itu tapi dia mengatakan pada Jang-ho untuk pergi ke Cina untuk beberapa saat. Selagi Jang-ho pergi, Kwon akan mempersiapkan pernikahan putranya dengan Sook-young. Janji ini cukup membuat Jang-ho senang dan siap2 berangkat ke Cina.

Untuk itulah, Tuan Kwon mencoba membungkam tunangan Sook-young, Gil-young dengan mengirimkan seorang utusan yang membawa uang suap. Akan tetapi, Gil-young dan ayahnya adalah orang yang jujur dan terhina atas suap itu. Mereka menolak. Iljimae menghentikan utusan itu saat keluar dan memberikan surat kepadanya, mengatakan kalau surat itudari Gil-young untuk Tuan Kwon. Tahu kalau Kwon tidak akan berhenti dengan penolakan sederhana, surat Iljimae menyebutkan agar Kwon tidak ikut campur dalam pernikahan Sook-young dan Gil-young. Kalau iya, maka ia akan memenggal kepala Kwon.

Hal ini memberikan efek yang diinginkan. Tapi mungkin terlalu berlebihan sebab sekarang Kwon berpikir kalau Gil-young adalah penjahat yang harus diikat. Ia harus menyingkirkan Gil-young dan Sook-young. Aksi Wang Hweng-bo saat ini adalah mencoba mendapatkan keanggotaan gang yang dipimpim oleh pemilik tempat judi illegal. Tugas pertamanya yaitu, dia dan Sung-kae diperintahkan untuk menagih hutang dari para pejudi. Akan tetapi, ini jadi masalah soalnya tidak ada uang yang didapatkan – dan pria itu juga sudah menggadaikan rumahnya!
Tidak mampu memenuhi tugas mereka, kedua orang itu memuaskan lapar mereka dengan membunuh ayam milik pria itu dan memakannya. Sayangnya, ketika Hweng-bo dan Sung-kae melaporkan kejadian itu pada bos mereka, bos mengatakan kalau ayam2 pejudi itu lebih berharga dari uang yang harus ditagih – ayam2 itu bisa diadu di judi adu ayam. Bos memerintahkan keduanya untuk mengambil ayam2 itu. Khawatir pada apa yang akan terjadi, Wang Hweng-bo dan Sung-kae memutuskan kalau mereka harus kabur!

Malam itu, Iljimae menyelinap ke rumah Tuan Kwon. Dengan menggunakan sedotan, dia meniupkan bubuk tidur melalui lubang di pintu kertas, lalu masuk ke kamar Kwon, yang sudah jatuh pingsan. Iljimae mengaduk-aduk barang2 di kamar itu, dimana dia kemudian menemukan surat rahasia. Iljimae membaca gulungan itu dan dari raut wajahnya kita tahu kalau gulungan itu berisi berita buruk. Salah satu pelayan melihat Iljimae dari luar ruangan dan membunyikan peringatan, meneriakkan, “Maling!” Iljimae menyelinap keluar diikuti oleh Yang-po, yang telah melacak pergerakan Iljimae dengan diam2.
Di hutan, Iljimae membaca gulungan itu lagi dan Yang-po mendapati Iljimae sangat kesal pada isinya. Surat itu menjelaskan tentang plot rahasia untuk berkoalisi dengan Cina dan pada dasarnya menjual Korea pada mereka. Iljimae melempar gulungan itu ke dalam api dan Yang-po bergerak untuk menyelamatkannya, tapi sejurus kemudian berhenti. Yang-po bertanya pada Iljimae apa yang akan dia lakukan. Jawaban Iljimae yaitu dia berpikir untuk membereskan Tuan Kwon, dimana dalam hal ini tentu saja membunuhnya.

Yang-po memperingatkan Iljimae kalau Iljimae sedang menempuh jalan yang mungkin saja membuatnya terbunuh, tapi Iljimae marah, “Mati? Aku tidak peduli soal itu.” Iljimae lalu pergi meninggalkan Yang-po, yang bertanya-tanya apakah Iljimae melakukan ini karena Wol-hee. Ngomong2 soal Wol-hee, ternyata dia masih hidup meski Iljimae tidak tahu ini. Setelah diselamatkan oleh Yang-po, Wol-hee dirawat oleh Keol-chi, yang khawatir pada kesehatan Wol-hee yang lemah. Dia mengejutkan Keol-chi dengan mengatakan kalau dia ingin kembali ke rumah di Hanyang – dia sudah menyerah agar bisa menemukan Iljimae. Meski kesehatannya masih buruk, Wol-hee ingin segera pergi, dan mengatakan agar mereka berangkat keesokan harinya.

Ketika Iljimae kembali ke rumah Kwon, dia menemukan kotak yang lain berisi kepala lainnya – dan Iljimae menjadi marah juga sedih. Memang wajah kepala itu tidak jelas, tapi yang pasti di dalamnya ada kepalanya Gil-young. Sambil menghapus air matanya, Iljimae mengakui kalau rencananya berjalan kacau – dia berpikir kalau Kwon akan berhenti setelah mendapatkan peringatan, tapi malah semuanya bertambah parah. Mengingat pacar Gil-young, Iljimae khawatir kalau gadis itu juga mungkin dalam bahaya, jadi Iljimae bergegas menemukannya.

Naluri Iljimae terbukti benar, sebab pembunuh Tuan Kwon menargetkan Sook-young sebagai korban berikutnya. Pembunuh itu mencegat rombongan perjalanan yang membawa Sook-young (gadis ini dikirim pergi demi keselamatannya) dan membunuh orang2 yang mengantar Sook-young itu. Iljimae terlambat dan tidak bisa menyelamatkan anak buah ayah Sook-young tapi dia datang tepat waktu menyelamatkan Sook-young. Masih marah dengan kematian Gil-young, Iljimae membunuh anak buah Kwon dengan kejinya.

Iljimae beralih ke Sook-young dan memerintahkannya untuk kembali dan langsung pulang ke rumah. Tapi gadis itu meminta Iljimae menemaninya sebab dia sangat takut. Iljimae menampar gadis itu dan mengulangi perintahnya dengan geram, lalu meninggalkan gadis itu di tengah hutan sendirian. Berikutnya Iljimae pergi menemui Gu Ja-myung. Setelah memahami kalau Iljimae akan menghabisi Kwon, Ja-myung memperingatkannya kalau Kwon bukan orang yang cocok diajak bermusuhan. Iljimae harus mempertimbangkan ibunya. Gu berharap kalau Iljimae sudah sadar setelah membantu polisi terakhir kalinya tapi sekarang dia khawatir lagi.

Iljimae tidak ingin dikuliahi dan memberitahu Gu kalau mereka akan menemukan kepala dari mayat yang ditemukan baru2 ini di rumah Kwon, bahkan dengan sebuah kepala lagi. Setelah memperingatkan Gu, Iljimae menuju rumah Kwon lagi. Ketika istri Kwon bangun, Iljimae langsung memukul di tempat yang tepat hingga istri Kwon itu pingsan, lalu mengarahkan pedangnya ke suaminya yang sedang tertidur. Iljimae menaikkan pedangnya dengan pelan, mempersiapkan dirinya dan dia menggerakkan pedang itu dengan cepat ke tubuh pria itu.

Baek-mae merasakan hal yang tidak nyaman. Dia merasa khawatir. Pikirannya langsung terarah ke Gu Ja-myung: “Aku percaya apa yang kau katakan kalau kau akan membawa Iljimae padaku, tidak peduli apapun yang terjadi. Tapi kau juga harus tetap diam.” Menyikapi pemberitahuan Iljimae, Gu tiba di rumah Kwon dan mendapatkan kenyataan kalau memang berita tentang dua kepala itu benar. Akan tetapi, Gu marah karena menemukan bunga plum emas, menandai kematian Kwon lalu berujar, “Orang bodoh!”

Ini membuat Iljimae menjadi buronan dan sebuah poster dipampang di pasar, meminta masyarakat untuk menangkapnya. Yang membuat tawaran itu menjadi manis, yaitu hadiah bagi orang yang mampu menangkap Iljimae adalah diangkat menjadi bangsawan. Yeol-gong, sebagaimana Gu Ja-myung, kecewa melihat Iljimae menyerah pada amarahnya dan memilih menjadi pembunuh. Ini juga membuat Kim Ja-jeom sangat khawatir. Pertama, dia takut kalau Iljimae melihat surat rahasia itu, dan bertanya-tanya apakah Kwon mengakui sesuatu sebelum kematiannya. Ja-jeom juga takut kalau dia yang akan menjadi mayat selanjutnya dan bermimpi buruk dibunuh oleh Iljimae.

Kim Ja-jeom bukan satu2nya yang ketakutan, sebab bangsawan lain dalam lingkaran jahat Perdana Menteri Kim mungkin juga menjadi target. Park Bi-su menyarankan agar mereka mengirim seorang pria bernama Park Su-dong untuk memburu Iljimae: Park Su-dong adalah mantan prajurit yang merupakan bagian unit artileri. Tidak peduli seberapa bagusnya Iljimae, dia tidak dapat menandingi sebuah senapan. Kim meminta anak buahnya untuk menyiapkan uang buat menyewa Park Su-dong.

Wol-hee kembali ke kota, dimana dia dan Keol-chi dilihat oleh Bae Sun-dal dan Cha-dol dan diberitahu aksi terakhir Iljimae. Akan tetapi, saat Cha-dol dan Bae menebak kalau Iljimae punya alas an dibalik perbuatannya, Keol-chi dan Wol-hee telah dilukai oleh Iljimae dan tidak ingin membuatnya ragu. Cha-dol dan Bae berpikir kalau Kwon pasti telah melakukan sesuatu yang sangat kejam, sebab Iljimae bukan tipe orang yang suka membunuh. Di sisi lain, Keol-chi berkata bagaimana Iljimae tidak peduli ketika Wol-hee ‘mati’ dan bahkan tidak mencarinya.
Bae memiliki pandangan yang berbeda dalam situasi ini: “Iljimae berpikir kalau Wol-hee meninggal karena dirinya dan tidak bisa memaafkan dirinya.” Bae tidak percaya kalai Iljimae tidak peduli apakah Wol-hee meninggal dan pada akhirnya, Keol-chi mengaku kalau Iljimae kelihatannya bukan orang seperti itu. Mereka bisa menemukan Iljimae dan bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi. Wol-hee berbicara untuk pertama kalinya kalau mereka tidak akan menemukan Iljimae di rumah mereka yang lama – jika Iljimae akan kembali, dia tidak akan kabur lebih dulu.

Selama ini, Baek-mae tetap tidak tahu perkembangan yang terbaru dan bangga pada putranya. Dia sudah mendengar kalau ada Iljimae palsu yang melepaskan tahanan di penjara sedangkan Iljimae yang asli membantu menangkap para tahanan itu lagi. Baek-mae dengan bangga mengatakan pada anak kucingnya, “Mereka bilang orang yang membantu mereka yang membutuhkan adalah Iljimae-ku.” Di gubuk di gunung, Iljimae ingat pertama kali tiba disana dan bagaimana Wol-hee begitu bahagia. Iljimae tidak sadar kalau dia sedang diintai oleh pria dengan senapan, yang mengawasi dari jarak dekat.

Tegang. Dan Iljimae pun ditembak. Dia ditembak di bagian tangan dan amburk ke tanah. Kedua pemburu itu mendekat untuk memastikan kalau Iljimae sudah mati, dan tetap mengarahkan senjata mereka ke Iljimae. Ketika salah satunya mendekat, Iljimae menendang senapan yang dibawanya dan pemburu itu malah menembak rekannya. Iljimae menarik pemburu yang tersisa dan bertanya siapa mereka serta siapa yang mengirim mereka. Pemburu itu melepaskan pegangan Iljimae dan kabur.

Karena Wol-hee meninggalkan Hanyang akibat dia kabur dari penjara, merupakan hal yang beresiko baginya kembali ke ibukota, seperti ketika dia dihentikan oleh polisi. Mereka diperintahkan untuk menanyai semua wanita yang mirip dengan pacar Iljimae dan mereka berpikir kalau dia mirip dengan pacar Iljimae. Sekali lagi, mereka bukan polisi yang cerdas sebab mereka juga ingat kalau Iljimae pernah dilaporkan menjadi wanita cantik, dan kemudian berpikir kalau Wol-hee mungkin saja Iljimae yang menyamar. Mereka tidak akan membiarkan Wol-hee lewat sampai dia membuktikan kalau dia bukan Iljimae.
Keol-chi menangani hal ini dengan bertanya apakah membuktikan jenis kelamin Wol-hee akan membebaskan mereka dan polisi yang bodoh itu berkata iya. Maksud Keol-chi adalah Wol-hee harus melepaskan pakaiannya, jadi mereka menurut waktu Keol-chi menyuruh mereka berbalik untuk beberapa saat – lalu Keol-chi menarik kepala mereka. Pemburu itu melapor kembali kepada bos-nya (Park Su-dong) bahwa rekannya dibunuh setelah mereka berhasil melacak Iljimae. Park Su-dong mengira kalau meski Iljimae berhasil kabur, dia tidak akan bisa jauh. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk segera menemukan Iljimae.

Kim Ja-jeom mendatangkan peramal wanita untuk meminta tambahan bantuan, sebab dua berpikir, “Aku akan meminjam kekuatan dari Park Su-dong dan kebijaksaaan dari peramal ini.” Karena hidupnya Iljimae masih mengancam rencana jahat dan keselamatannya, Kim tidak sabar untuk mengakhiri masalah ini dan bertanya keberadaan Iljimae pada peramal itu. Jawaban peramal itu akurat: dia mengatakan kalau salah satu pemburu telah mati, sedangkan bosnya marah besar.

Akan tetapi, orang yang mereka buru juga sedang terluka parah… Benar kata peramal itu, Iljimae yang terluka sedang merangkak di pegunungan, sangat memerlukan bantuan sebelum dia diburu lagi.

The Return Of Iljimae – Episode 16

Wol-hee menangis dengan marah atas kepergian Iljimae dan ingin mengikutinya ke provinsi selatan Kyungsang (atau Kyungsangdo). Faktanya, semua karakter di episode ini ingin menuju ke selatan, entah itu atas saran Iljimae atau hanya untuk mengikutinya. Mereka semua diantaranya petugas polisi, Cha-dol dan Bae Sun-dal, kelompok pencuri, dan teraung yang direkrut oleh Park Bi-su (pembunuh yang disewa perdana menteri Kim Ja-jeom) untuk menangkap Iljimae.

Untuk itulah, ketika Yeol-gong tiba di rumah Wol-hee yang baru dan mendapati rumah itu kosong, dia menebak kalau mereka telah mengikuti Iljimae. Yeol-gong mendesah, “Bagaimana bisa awan mengejar angin?” Setelah pelarian mereka dari penjara, kelompok pencuri merencanakan perampokan mereka yang akan datang terhadap harta karun kerajaan di Kyungsang. Mantan bos Bongsuni menjadi pemimpin lagi, dengan Wang Hweng-bo dan Sung-kae sebagai bawahannya.

Perhatian terbesar adalah kemungkinan Iljimae akan muncul untuk menghancurkan rencana mereka, jadi dia memerintahkan para pencuri untuk berjaga-jaga. Baek-mae mengenang percakapan terakhirnya dengan Gu Ja-myung, ketika Gu mengatakan kalau Iljimae mampir dan makan makanan buatan Baek-mae. Ini mambuatnya menangis dan Gu mulai mengulangi janjinya untuk menyatukan mereka. Akan tetapi, Baek-mae memotong Gu kali ini, sebab dia percaya pada janji Gu.

Akan tetapi, dia belum bisa menikahi Gu dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang lama dimana dia akan menunggu hari dia bisa hidup dengan putranya. Setelah itu, Baek-mae kembali ke rumah lamanya, di luar Hanyang, sedangkan Gu menuntun anak buahnya ke Kyungsangdo untuk mencegah perampokan itu. Gu yakin kalau Iljimae akan muncul untuk tujuan yang sama.

Iljimae benar2 pergi ke Kyungsang, tapi dia kesal karena diikuti oleh Yang-po. Iljimae membuat pengecualian ketika ditanya, “Berapa lama kau akan hidup seperti ini?” yang dimaksud oleh Yang-po adalah mengejar pencuri dan politikus korup. Iljimae menjawab bahwa dia harus menghentikan orang-orang itu sebelum mereka bisa menyakiti orang lain.
Yang-po bertanya apakah Iljimae berpikir dia bisa mengubah dunia dengan cara seperti itu, tapi Iljimae menjawab, “Aku tidak tertarik mengubah dunia.” Yang-po mengulangi kalau Iljimae mengambil lebih dari yang bisa dia tangani, tapi Iljimae mengatakan pada Yang-po dengan kasar untuk mengungkapkan kenapa Yang-po mengikutinya atau menghilang saja. Ketika sebuah karafan yang membawa barang2 lewat melalui hutan, pihak yang terpisah berkumpul: para polisi menunggu para perampok, perampok menunggu Iljimae, dan Iljimae memanfaatkan waktunya untuk muncul.

Gu dan para petugasnya telah mengganti harta yang sebenarnya dengan umpan untuk menarik para perampok itu keluar. Akan tetapi, karena pencuri itu menunggu Iljimae untuk muncul lebih awal, mereka tidak segera menyerang, yang tetap membuat polisi berjaga-jaga. Akhirnya ada beberapa gerakan: beberapa bandit dilumpuhkan oleh shuriken yang terbang entah dari mana. Trio pemimpin (bos Bongsuni, Wang Hweng-bo, dan Sung-kae) melihat dari kejauhan dan melihat anak buah mereka berjatuhan. Di bawah sana, petugas polisi juga mendengar teriakan dari mereka yang terluka.

Ini membuat polisi dan perampok berhamburan dalam pertempuran, dan para polisi dengan mudahnya menang sebab para perampok itu sudah terlebih dahulu dilumpuhkan oleh shuriken. Iljimae, di sisi lain, menghadapi trio itu dan bertanya, “Apa menyenangkan meniru orang lain?”

Bos Bongsuni yang menyerang paling awal, tapi dengan mudah dikalahkan. Berikutnya, Wang Hweng-bo menyerang – tapi dia lebih sadar pada kelemahannya, dan kabur saat kesempatan pertama. Kebanyakan anggota gang itu dikumpulkan, termasuk sang bos, dan hanya Wang Hweng-bo dan Sung-kae yang lolos. Ketika pertarungan mulai berakhir, Soo-ryun melihat Iljimae, yang sedang menonton, tapi tidak berkelahi. Iljimae berbalik dan pergi tanpa terlibat lebih jauh.
Wol-hee dan Keol-chi mengalami saat2 yang sulit, tiba di Kyungsangdo tapi tanpa rencana yang jelas. Mereka mengunjungi seorang peramal tapi ramalannya ambigu dan tidak menolong: “ Iljimae dekat, tapi juga jauh.” Lebih jauh, mereka diusir dari tempat tinggal sementara mereka dan harus tinggal di satu2nya tempat tinggal yang ada yaitu sebuah kamar yang menghadap tebing. Keol-chi mencoba mempengaruhi Wol-hee untuk pulang, sebab mereka tidak beruntung. Tapi Wol-hee tegas pada keputusannya. Wol-hee berkata dengan sedih, “Iljimae tidak akan kembali. Jika dia akan kembali, dia tidak akan pergi sendirian. Jika aku tidak bisa bertemu dengannya, aku juga tidak akan kembali.”

Selagi Keol-chi keluar untuk mencari makanan, Wol-hee mengambil wol-geum-nya dan mulai memainkan alat musik itu. Disini, kata2 peramal itu menjadi sedikit jelas, karena ketika Wol-hee memainkan alat musiknya, suara musiknya berhembus turun ke tebing2 di bawahnya, dimana Iljimae berjalan – dekat tapi juga jauh. Dia melihat asal suara kecapi itu dan melihat dengan bingung darimana datangnya suara itu. Bahkan ketika dia akhirnya melihat Wol-hee, dia terdiam melihatnya disana, memandangi Wol-hee dengan tidak percaya.

Sepanjang waktu, Wol-hee didorong oleh keinginan untuk bertemu dengan Iljimae, jadi dia memeluk Iljimae dan merasa tenang, tapi dia tidak langsung mencerna reaksi Iljimae. Dia berusaha menahan rasa putus asanya hingga dia menolak permintaan Wol-hee – tapi pada sikap Wol-hee, keputusasaannya akhirnya meledak. Iljimae berteriak, “Kau tidak bisa melakukan ini!”

Wol-hee bertanya, “Apa aku mengganggumu?” Iljimae menjawab iya, jadi Wol-hee melanjutkan, “Apa itu artinya kau tidak menyukaiku?” Iljimae menahan marahnya tapi tidak menjawab, jadi Wol-hee melanjutkan dengan marah, “Katakan padaku! Jadi aku tidak akan mengikutimu lagi!” Dengan suara yang dikendalikan, Iljimae menjawab, “Aku tidak menyukaimu.” Akan tetapi, Wol-hee tidak percaya padanya, berpikir Iljimae hanya mengeluarkan rasa frustasinya dan mencengkramnya – jadi Iljimae menepis tangan Wol-hee dengan marah.
Wol-hee mulai melihat kalau Iljimae serius dan berkata, “Tapi kau mengatakan padaku hanya aku satu2nya yang ada di hatimu sekarang.” Iljimae mengatakan kalau dia memberitahu demikian untuk menyelamatkan Wol-hee dan itu bohong: “Jadi jangan mengikutiku kemana-mana lagi.” Iljimae mulai bersiap-siap untuk pergi tapi Wol-hee menghentikannya: “Kau tidak harus pergi. Aku yang akan pergi.” Setelah berkata ‘jaga diri’ Wol-hee berjalan ke arah geladak. Iljimae mulai merasakan perasaan buruk, suaranya kaget ketika dia bertanya apa yang Wol-hee lakukan.
Wol-hee menjawab, “Kau menyuruhku pergi. Aku akan pergi, jadi jaga diri. Jika aku tidak bisa berada di sisimu, aku tidak ingin hidup di dunia yang seperti itu.” Iljimae membeku karena tidak percaya ketika Wol-hee mengintai ke bawah sandaran – lalu dia naik ke atasnya untuk kemudian jatuh melewati tebing. Dia jatuh dari atas dan sampai di bawah di danau yang beku. Ketakutan, Iljimae bergegas turun ke bawah tapi ketika dia sampai disana, tubuh Wol-hee sudah hilang. Dia tidak melihat kalau Yang-po menemukan Wol-hee dan membawanya pergi.

Iljimae meneriakkan nama Wol-hee ketika dia berkeliling mencarinya, akhirnya duduk di pinggir danau, merenung, “Apa yang aku lakukan? Aku pergi demi dia. Pada akhirnya, aku membunuhnya. Aku juga melakukan itu pada Dal-yi.” Jelas saja, setelah itu suasana hati Iljimae menjadi buruk. Di tempat lain, Bae Sun-dal dan Cha-dol merasa sangat kelelahan berjalan melewati hutan untuk mencari Iljimae dan akhirnya menemukannya ketika Iljimae sedang berhadapan dengan pendekar bertopeng – pemburu yang dikirim Park Bi-su.

Pria itu tidak tahu dia bekerja pada siapa, atau peduli pada hal itu, karena dia hanya menuruti perintah. Dia juga berpasangan dan didatangi oleh pasangannya. Bersama-sama, kedua pendekar bertopeng itu bergerak dengan kompak ketika menyerang Iljimae dari dua sisi. Pertarungan pedang dimulai dan belum ada diantara kedua pihak yang memperoleh kemenangan. Iljimae kalah jumlah dan dia juga kalah senjata sebab hanya punya satu senjata. Akan tetapi, dia juga punya timing yang tajam dan ketika dia melompat, dia membuat kedua petarung itu saling melukai dan akhirnya Iljimae mampu menjatuhkan mereka berdua.

Cha-dol berlari dari tempat persembunyiannya dengan penasaran tapi Iljimae memandangnya dengan dingin dan berkata, “Bukankah sudah aku katakan padamu untuk tidak mengikutiku.” Iljimae melangkah pergi, meninggalkan pengagumnya kebingungan – sesuatu pasti sudah terjadi pada Iljimae hingga membuatnya berubah seperti ini. Di sisi lain, Wang Hweng-bo dan Sung-kae bermalas-malasan, bosan – mereka gangster tanpa gang, penjahat tanpa perbuatan jahat. Untuk itu, Wang memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk ke ruang judi illegal lokal.
Wang dan Sung-kae melihat-lihat dengan gembira dan memperkenalkan dirinya pada pemimpin oragnisasi ini, ingin mendapatkan keanggotaan grup ini. Pemimpin grup ini setuju dengan syarat – mereka harus membuktikan diri mereka dengan melakukan tugas yaitu mengumpulkan sejumlah uang untuk pimpinan kelompok itu. Waktu berjalan ketika beberapa orang pulang ke rumah. Iljimae kembali ke gubuk di gunung yang sempat menjadi rumah Wol-hee dan bersedih untuknya – percaya kalau dia sudah meninggal. Baek-mae masih tinggal sendirian sedangkan Gu Ja-myung kembali ke markasnya di Hanyang.

Ada sebuah misteri baru: sesosok mayat ditemukan. Ini bukan kematian biasa tapi mengarah ke sesuatu yang lebih menyedihkan: mayat itu tanpa kepala, yang juga memberikan kesulitan indentifikasi. Pelakunya adalah: seorang bangsawan bernama Tuan Kwon. Dia memerintahkan pembunuhan itu. Pelayannya mengantarkan kepala pria itu dalam sebuah peti, yang secara tidak sengaja juga dilihat oleh putra bangsawan itu, Jang-ho. Akan tetapi, karena Jang-ho ini akan tulalit, jadi dia dengan cepat melupakan apa yang sudah dilihatnya ketika ayahnya memberikan sejumlah uang padanya.

Narrator mengatakan kalau Jang-ho adalah kelemahan Tuan Kwon. Jang-ho pergi keluar untuk mencari hiburan. Kombinasi antara Jang-ho yang sudah tumbuh dewasa dan otaknya yang masih anak-anak membuat pemuda ini mengerikan dan berbahaya. Contohnya, Jang-ho terganggu oleh gisaeng yang menemaninya dan dia meneriaku gisaeng itu, “Jika kau tidak pergi, aku akan mengubahmu menjadi salah satu kepala di rumahku itu!” Iljimae, yang duduk di dekat sana, bertanya apa artinya itu. Ini jelas mencurigakan.

Untuk itu, Iljimae mampir ke rumah Jang-ho malam itu untuk melakukan penyelidikan. Menemukan darah di lantai, Iljimae mengikuti jejak itu ke sebuah peti, yang dia buka dan menemukan kepala terpenggal. Ekspresi Iljimae berubah, dia bergumam dengan marah, “Bajingan.”
sumber: meylaniaryanti.wordpress.com

The Return Of Iljimae – Episode 15

Dengan Wang Hweng-bo yang meniru Iljimae dan mengganggu petugas polisi, bos Bongsuni bebas mengeluarkan tahanan dari dalam penjara. Dia pertama-tama membebaskan mantan pencuri Bongsuni, tapi grup lain yang merupakan mantan Haedongchung juga memohon untuk dibebaskan, menjanjikan kesetiaan. Pembebasan itu tidak diketahui sampai semuanya terlambat, sebab Hweng-bo melakukan pekerjaan bagus dengan mengalihkan polisi dengan meminta untuk bertemu dengan Gu Ja-myung. Karena Gu sedang bebas tugas, kepala polisi meminta seseorang untuk mencari Gu.

Petugas Gu kembali ke rumah dengan murung dari pencarian tidak suksesnya terhadap Baek-mae, hanya untuk menemukan Iljimae sedang menunggunya. Setelah mendengar kalau ibunya baru saja tiba di Hanyang, dia ada disini untuk mendapatkan informasi dari Gu, tapi harus menghadapi kekecewaan ketika mendengar kalau Iljimae sudah terlambat – Baek-mae pergi setelah tahu bahwa Iljimae adalah penjahat yang sedang dicari.

Gu menjelaskan lebih jauh, “Dia pergi karena bertemu denganmu berarti bahwa aku akan menangkapmu.” Yang mengejutkan, Gu sama sekali tidak menggunakan kekuatannya terhadap Iljimae atau menangkapnya. Malah, dia duduk di depan meja makan malam dan mengundang Iljimae untuk bergabung dengannya. Semua ini disiapkan oleh ibunya: “Dia mungkin tidak ada disini, tapi akan membuatnya senang setelah tahu bahwa kita memakan ini bersama.”

Setelah beberapa saat yang penuh keraguan, Iljimae akhirnya duduk dan makan. Gu berkata pada Iljimae, “Makanlah. Dan pastikan kau tidak pernah ditangkap oleh tanganku.” Iljimae bertanya apakah Gu benar2 bisa menangkapnya atau memasukkannya ke dalam penjara, yang dijawab oleh Gu, “Jangan anggap aku enteng. Aku mungkin tidak tahu hal lain selain menangkap pencuri, tapi di sisi lain, tidak ada yang tidak aku ketahui tentang menangkap pencuri. Dalam beberapa kasus, kau adalah pencuri dan aku adalah petugas penangkap pencuri.” Mereka berdua makan dengan tenang. Mereka diganggu oleh kedatangan seorang petugas di luar. Gu bicara dengan bawahannya lewat pintu yang tertutup sedangkan Iljimae bergerak untuk bersembunyi, dan mereka berdua kaget karena Iljimae palsu telah muncul serta meminta ingin bertemu dengan Gu.

Gu menyuruh Iljimae untuk menyelesaikan makannya sebelum dia pergi, lalu berbalik untuk pergi dengan kalimat terakhir, “Ini akan menjadi pertemuan terakhir bagiku dan bagimu.” Tentu saja, ketika Gu tiba untuk menemui Iljimae palsu, dia sudah pergi. Tapi adalah masalah yang lebih besar dihadapan mereka: penjara kosong. Gu memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pencarian dan menyisir area yang merupakan tempat persembunyian yang mungkin. Saat Iljimae kembali ke gua, Keol-chi dan Wol-hee bertanya dengan penasaran apa yang terjadi. Apa dia sudah bertemu dengan ibunya? Iljimae, dengan mood muram, berkata tidak; ibunya sudah pergi.

Iljimae berkata pada Yeol-gong kalau dia akan mencari orang yang menirunya dan meminta sesuatu: “Aku tidak perlu rumah, tapi Wol-hee dan Keol-chi perlu.” Kalimat itu membuat Yeol-gong penasaran dan bertanya apakah Iljimae berencana untuk pergi. Iljimae berkata, “Karena segalanya, aku takut kalau aku akan kehilangan Wol-hee sama seperti Dal-yi. Tolong jaga mereka berdua.” Yeol-gong mendesah, “Wol-hee yang malang. Kalau bagitu sekali lagi, tidak ada yang tidak punya bayangan.” Kalimat ini seperti kalimat Wol-hee dan kalimat ini benar2 menyerang Iljimae.

Iljimae tiba di rumah gisaeng (yang juga merupakan penginapan) dan bersikap begitu berbeda. Ini hanya akting – alasannya akan menjadi sangat jelas nanti – tapi manis sekali melihat Iljimae tersenyum dan ceria, meski dia hanya bersandiwara. Dia membawa kotak besar dan menyombong kalau kotak itu penuh dengan uang, meminta madam gisaeng sebuah ruangan di pojok. Semua ini memberi kesan kalau Iljimae suka membuang waktu, kaya, dan perayu wanita.

Madam gisaeng itu melihat banyak kesempatan untuk mendapatkan banyak uang, jadi dia dengan gembira menyambut Iljimae. Wanita ini punya usia yang sama dengan Baek-mae dan merupakan kenalan ibu Iljimae itu (mereka dulu gisaeng di tempat yang sama) – dan faktanya, disinilah sekarang Baek-mae bekerja setelah kepergiannya dari rumah Gu. Madam itu menugaskan gisaeng Chun-wol untuk mengunjungi Iljimae dan mengingatkannya untuk melakukan yang terbaik sehingga mereka bisa menghasilkan uang yang banyak. Chun-wol, yang sama matre-nya dengan madam, berjanji untuk melayani Iljimae dengan baik demi semua uangnya.

Akan tetapi, keinginan Chun-wol untuk mendapatkan uang hilang ketika dia menghabiskan waktu dengan Iljimae. Chun-wol jatuh cinta pada Iljimae dan bersikap malu2. Iljimae mengabaikan sikap playboy-nya dan merenung semalaman sampai akhirnya Chun-wol mendekat dan memeganginya. Iljimae membuat Chun-wol pingsan dengan satu totokan tepat, jadi ketika dia bangun keesokan harinya, dia menduga mereka sudah menghabiskan malam bersama. Chun-wol tidak yakin tapi berharap kalau malam mereka bersama berarti sesuatu dan untuk itu marah ketika Iljimae memberikannya uang. Sekarang, Chun-wol sudah tidak ingin uang itu – dia menginginkan hati Iljimae.

Iljimae bersikap seperti perayu wanita yang sudah tidak peduli lagi dan menyuruh Chun-wol pergi, dan menambah luka Chun-wol dengan meminta gadis yang lain untuk malam ini. Chun-wol terluka – tapi Iljimae mengatakan kalau dia tidak menghabiskan malam dua kali dengan seorang gadis – dan dengan marah, Chun-wol memukul Iljimae dengan bantal. Sikap Iljimae memang kejam tapi dia juga tidak bisa disalahkan. Chun-wol berteriak dan madam gisaeng mengingatkan Chun-wol karena dia sudah membiarkan dirinya menyukai seseorang yang seharusnya hanya menjadi tamu.

Baek-mae mempunyai pengalaman dengan pria seperti ini, dan sangat kecewa karena Iljimae berubah menjadi salah satu dari mereka. Ketika Baek-mae sedang membersihkan kamarnya, Iljimae menyebutkan kalau pernah bertemu dengannya di desa. Baek-mae memandang Iljimae dengan tatapan kecewa, sambil berkata, “Aku tidak berpikir kau orang macam itu. Kenapa kau berubah seperti ini?” Iljimae bersikap seperti diirnya sendiri dan membalas, “Ketika kau bisa mati kapan saja, itu bisa saja disini atau di tempat lain, kan?”

Baek-mae tidak menerima alasan itu, “Meski seseorang meninggal, namanya masih tetap ada seperti bau.” Iljimae berkata, “Bau. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku sudah menjadi nama yang tertinggal di belakang bau busuk.” Baek-mae bangkit akan pergi tapi Iljimae menghentikannya, “Sebenarnya, aku bukan pria mengerikan seperti itu. Ada beberapa hal yang tidak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata, bukan? Jadi tolong jangan begitu membenciku.”

Alasan semua permainan ini menjadi jelas malam itu. Sekali lagi, Iljimae menghabiskan malam dengan gisaeng yang lain. Dia berpura-pura tidur ketika sepasang pencuri mengendap-endap ke kamarnya dan membawa kotak uangnya. Kesombongan Iljimae memiliki dampak panjangnya: berita sudah menyebar kalau ada pria kaya tinggal di rumah gisaeng. Para pencuri itu mengharapkan kotak itu penuh dengan harta, hanya untuk menemukan kalau kotak itu diberatkan oleh batu. Melihat kalau kotak itu juga berisi pakaian hitam, mereka menyadari, “Kita mencuri dari Iljimae?”

Pada titik itu, Iljimae tiba untuk membenarkan tebakan mereka dan menanyakan siapa yang meniru dirinya. Mereka mengaku kalau peniru itu sudah meninggalkan Hanyang dan telah merencanakan akan bertemu dengan mereka di Provinsi Kyungsangdo. Mereka juga merencanakan perampokan besar terhadap sesuatu untuk dipersembahkan pada raja.

Pada pagi harinya, para gisaeng menemukan bahwa barang2 Iljimae sudah hilang dan dia tidak ada dimana-mana. Madam menjelaskan kalau tidak ada gunanya melapor kepada polisi sebab para polisi sedang sibuk dengan tahanan yang kabur. Baek-mae terlihat kaget ketika mereka mengatakan bahwa Iljimae adalah orang yang membebaskan para tawanan itu. Cha-dol mengintai, seperti kebiasaannya selalu, memancing berita. Iljimae mendatanginya dan menyuruhnya kembali, tapi karena anak itu sangat ingin bermanfaat, dia dipercayakan sebuah urusan. Cha-dol mengirimkan pesan kepada polisi untuk memberitahukan Petugas Gu tentang ancaman perampokan di Kyungsangdo.

Bae bertanya-tanya kenapa Iljimae membebaskan para tahanan, lalu memberitahu polisi lokasi mereka. Cha-dol menebak kalau Iljimae palsu pasti sedang berkeliaran, yang menjernihkan kebingungan itu. Iljimae mengendap ke rumah Wol-hee, yang sudah digeledah oleh pejabat dalam ketidakhadiran mereka, dan mengambil kotak bunga plum emasnya. Dia sudah menyembunyikannya dengan baik. Dia membuka sebuah pintu jebakan di langit-langit, mengambil tongkat dengan kait, dan menggunakannya untuk menarik sebuah peti.

Selama itu, Wol-hee mengkhawatirkan ketidakhadiran Iljimae. Dia meminta Keol-chi untuk memohon pada Iljimae agar tidak pergi lagi, karena Keol-chi adalah yang terdekat seperti sosok ayah. Ketika Iljimae kembali, Wol-hee sangat tenang, tapi juga sedikit marah. Suasana hati Wol-hee menjadi cerah ketika Iljimae menghadiahkan kecapi-nya pada Wol-hee, yang dia ambil dari rumah.

Dengan informasi dari Cha-dol, petugas polisi mempersempit pencarian mereka untuk tahanan yang kabur, tapi Gu merasa ragu untuk pergi – sebab dia sedang menunggu berita tentang Baek-mae. Dia sudah mengirim seseorang ke rumah Baek-mae yang lama dan seharusnya membawa berita segera. Soo-ryun memberitahu Gu kalau Baek-mae masih di Hanyang, akan tetapi – dia enggan memberikan informasi itu, tapi dia juga tidak bisa berbohong pada Gu.

Jadi Gu menemukan Baek-mae di rumah gisaeng. Percakapan mereka ditonton oleh para gisaeng yang penasaran, yang menganggap Gu tampan dan mereka situasi itu rada2 romantis. Baek-mae memberitahu Gu kalau takdir mereka sudah melewati mereka, dan menyuruh Gu kembali. Gu tidak bisa membiarkan Baek-mae pergi lagi dan berkata kalau dia tidak akan bergerak seinci pun sampai Baek-mae setuju untuk kembali bersamanya. Baek-mae tidak kebal pada emosi Gu, tapi dia tetap pada tuduhannya, mengatakan pada Gu kalau ini adalah perbuatan yang gagal. Bagi Gu, tidak melakukan apa2 lebih buruk dari melakukan sesuatu yang gagal dan Gu bersikeras bahwa dia akan menunggu, “Meski ini tidak berguna, aku harus melakukannya.”
Meski merasa bersalah, Baek-mae masuk ke dalam dan meninggalkan Gu berdiri sendirian di depan. Dia terus diganggu oleh kata batinnya dan akhirnya mengirim seorang gisaeng untuk mengajak Gu masuk ke dalam. Dengan menyedihkan, Soo-ryun juga sudah menunggu di luar ketika itu dan dia menangis saat Gu disuruh masuk ke dalam.
Baek-mae menawarkan makanan pada Gu dan untuk sekali ini nada suaranya lembut dan kurang melawan ketika dia menceritakan sebuah cerita dari masa lalu. Baek-mae membicarakan Gu, meski dia tidak menyebut namanya, mengenang bagaimana seorang pria datang dan menunggunanya di luar kamarnya di rumah gisaeng setiap malam, “Pria itu berbeda dari pria lainnya.” Dia tidak kejam atau tukang mabuk atau selalu mencoba menggunakan kekuasaannya.
Malah, “Dia hanya berdiri disana. Aku terluka dan patah hati dan merasa bersalah pada pria yang datang untuk bertemu denganku. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan.” Mereka duduk dalam diam untuk beberapa saat sampai Baek-mae menanyakan minuman dan meminta Gu untuk tidur disini malam ini. Tawaran itu membawa banyak arti, hal itu mengartikan kalau Baek-mae mau mengubah pikirannya dan memberikan kesempatan pada Gu.
Perdana menteri Kim Ja-jeom mengumpulkan kaum bangsawan – semuanya korban perampokan – untuk mendiskusikan apa yang sedang dilakukan untuk menangkap Iljimae. Perdana menteri Kim memperkenalkan Park Bi-su, pendekar yang disewa untuk menangkap Iljimae. Pada akhirnya, Park Bi-su telah merekrut sekelompok petarung dan telah melatih mereka untuk melawan Iljimae – contohnya, memberikan cara bagaimana menghindari agar tidak kena lemparan shuriken.

Berkata Yeol-gong, Iljimae membawa Wol-hee dan Keol-chi ke rumah baru mereka. Rumah ini lebih kecil dan lebih buruk dari rumah mereka yang sebelumnya, tapi Wol-hee berkeliling dengan gembira, tidak sabar ingin menempatinya. Dalam kegembiraannya, dia tidak memperhatikan bagaimana terganggunya Iljimae terlihat, khususnya ketika Wol-hee mencetuskan ide untuk membuat rumah itu nyaman.
Iljimae menjelaskan bahwa rumah ini jauh lebih jelek dari rumah Wol-hee yang sebelumnya dan kelihatannya Iljimae membicarakan rasa bersalahnya – kebahagiaan Wol-hee membuat Iljimae merasa bersalah atas apa yang akan dia lakukan. Jawaban Wol-hee tidak menentramkan rasa bersalah Iljimae, karena Wol-hee menjawab dengan gembira, “Tidak masalah. Sebenarnya, aku bahkan tidak mengharapkan rumah seperti ini. Aku tidak perlu rumah dan aku bisa hidup di tempat yang lebih buruk dari ini, kalau aku memilikimu.”

Kalimat terakhir itu seperti peringatan besar buat Iljimae. Maka, dia bicara pada Keol-chi, “Tolong jaga Wol-hee baik2. Dan kalau ada apa2, bicaralah pada Yeol-gong.” Keol-chi bertanya apa maksud Iljimae dengan mengatakan ini dan Iljimae menjawab kalau ada beberapa tempat yang harus dia kunjungi. Untuk itu, ketika Wol-hee memanggil para pria itu untuk makan malam, Keol-chi harus memberitahu Wol-hee kalau Iljimae sudah pergi – dia pergi ke Kyungsangdo.

Wol-hee mencoba untuk tetap tenang ketika dia bertanya kapan Iljimae akan kembali tapi air mata menguasainya. Dia berlari ke hutan, meneriakkan nama Iljimae dan mengejarnya meski dia tahu ini sudah terlambat.
sumber: meylaniaryanti.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar